SELAMAT DATANG

Welcome To My Blog, I Hope You Are Interested and Enjoy It With Me. Certainly, We Can Learn To Each Other. Hehehe...
Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 07 November 2011

Ekonomi Pembangunan Lanjutan

FENOMENA EKONOMI GLOBAL
DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA
( Upaya Terhindar Dari Krisis Ekonomi Global)

A. PENDAHULUAN
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, tidak bisa dipungkiri bahwa terjadi ketergantungan ekonomiantara satu negara dengan negara yang lain. Dalam keadaan yang saling tergantung tersebut, apabila ada suatu negara yang bergejolak, bisa dipastikan akan mengakibatkan effek domino terhadap negara lain. Sehingga, dalam pembangunan ekonomi suatu negara, selayaknya dan seharusnya juga mencermati berbagai indikator ekonomi global negara negara lain. Antara lain pendapatan perkapita, pertumbuhan ekonomi,tingkat suku bunga, investasi, tabungan, hutang luar negeri, posisi neraca pembayaran/perdagangan, struktur ekonomi, tingkat kemiskinan, persediaan valuta asing dan lain lain.
Pertumbuhan berkelanjutan dan adil pada perubahan struktural ekonomi yang dinamis diperlukan untuk membuat kemajuan subtansial dalam mengurangi kemiskinan. Pada Tahapan Pertumbuhan Rostow model (juga disebut "Rostovian take-off model") adalah salah satu model historis utama pertumbuhan ekonomi . Ini dikembangkan oleh WW Rostow . Model ini mendalilkan bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi dalam lima tahap dasar ; yaitu : (1) masyarakat tradisional, (2) Prasyarat untuk lepas landas, (3) take-off, (4) menuju kedewasaan, (5) era konsumsi tinggi.
Status Indonesia sebagai negara berkembang menandakan bahwa pembangunan Indonesia sampai sekarang belum selesai. Artinya selama Indonesia masih berproses dalam pembangunan seperti sekarang ini, maka status negara berkembang akan melekat terus. Pembangunan yang dimaksuf bukan hanya pembangunan infrastruktur saja, tetapi juga dalam peningkatan SDM dengan tujuan dapat mensejahterakan diri sendiri, masyarakat, negara dan dapat bersaing dengan negara negara lain.
Dari data The world’s biggest debtor nation, dapat dilihat bahwa External Debt negara negara eropa akhir akhir ini berada dalam tahap yang mencemaskan. Penularan krisis utang Uni Eropa diprediksi membuat dunia mengulang krisis finansial global 2008. Sebab, kepemilikan AS pada obligasi Eurozone sangat besar sehingga ekonomi bisa limbung. Besarnya rasio utang negara-negara anggota Uni Eropa, bisa memicu efek penularan (contagion) yang berbahaya bagi perekonomian global.
Dari tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa dari 20 negara dengan tingkat hutang tertinggi di dunia, 17 negara (85%) berasal dari Benua Eropa, 1 negara dari Benua Asia, 1 dari Benua Australia, dan 1 dari Benua Amerika. Dari 17 negara Eropa, 11 negara (64.7%) didalamnya termasuk dalam anggota EURO. Dan dari total 17 anggota EURO pada daftar di atas, 11 negara (64.7%) di antaranya memiliki permasalahan akan tingginya utang.

B. PERMASALAHAN
Krisis ekonomi global yang bertiup dari Amerika Serikat, mulai merontokkan sejumlah negara Eropa seperti Yunani dan deretan negara zona Euro lainnya. Indonesia, bila tidak hati hati akan terjebak dalam krisis seperti yangterjadi di tahun tahun silam. Bagaimana keadaan perekonomian Indonesia saat ini? Apa upaya Indonesia agar terhindar dari krisis?

C. TELAAH TEORI
1. Globalisasi
Banyak sejarawan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena di abad ke-20 ini yang dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional. Padahal interaksi dan globalisasi dalam hubungan antar bangsa di dunia telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Bila ditelusuri, benih-benih globalisasi telah tumbuh ketika manusia mulai mengenal perdagangan antar negeri sekitar tahun 1000 dan 1500 M. Saat itu, para pedagang dari Tiongkok dan India mulai menelusuri negeri lain baik melalui jalan darat (seperti misalnya jalur sutera) maupun jalan laut untuk berdagang. Fenomena berkembangnya perusahaan McDonald di seluroh pelosok dunia menunjukkan telah terjadinya globalisasi.
Fase selanjutnya ditandai dengan dominasi perdagangan kaum muslim di Asia dan Afrika. Kaum muslim membentuk jaringan perdagangan yang antara lain meliputi Jepang, Tiongkok, Vietnam, Indonesia, Malaka, India, Persia, pantai Afrika Timur, Laut Tengah, Venesia, dan Genoa. Di samping membentuk jaringan dagang, kaum pedagang muslim juga menyebarkan nilai-nilai agamanya, nama-nama, abjad, arsitek, nilai sosial dan budaya Arab ke warga dunia.
Fase selanjutnya ditandai dengan eksplorasi dunia secara besar-besaran oleh bangsa Eropa. Spanyol, Portugis, Inggris, dan Belanda adalah pelopor-pelopor eksplorasi ini. Hal ini didukung pula dengan terjadinya revolusi industri yang meningkatkan keterkaitan antar bangsa dunia. berbagai teknologi mulai ditemukan dan menjadi dasar perkembangan teknologi saat ini, seperti komputer dan internet. Pada saat itu, berkembang pula kolonialisasi di dunia yang membawa pengaruh besar terhadap difusi kebudayaan di dunia.
Semakin berkembangnya industri dan kebutuhan akan bahan baku serta pasar juga memunculkan berbagai perusahaan multinasional di dunia. Di Indinesia misalnya, sejak politik pintu terbuka, perusahaan-perusahaan Eropa membuka berbagai cabangnya di Indonesia. Freeport dan Exxon dari Amerika Serikat, Unilever dari Belanda, British Petroleum dari Inggris adalah beberapa contohnya. Perusahaan multinasional seperti ini tetap menjadi ikon globalisasi hingga saat ini.
Fase selanjutnya terus berjalan dan mendapat momentumnya ketika perang dingin berakhir dan komunisme di dunia runtuh. Runtuhnya komunisme seakan memberi pembenaran bahwa kapitalisme adalah jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia. Implikasinya, negara negara di dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar yang bebas. Hal ini didukung pula dengan perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi. Alhasil, sekat-sekat antar negara pun mulai kabur.
2. Sistem Ekonomi Indonesia
Setiap negara atau bangsa di dunia ini memiliki 3 persoalan dasar, organisasi ekonomi yang sama, yaitu barang apa, bagaimana dan untuk siapa barang tersebut diproduksi. Pemecahan terhadap ketiga persoalan dasar tersebut dilakukan oleh setiap negara atau bangsa dengan cara yang berbeda, tergantung pada sistem ekonomi yang dianutnya.
Sistem ekonomi adalah sistem yang mengatur serta menjalin hubungan ekonomi antarmanusia dengan seperangkat kelembagaan dalam suatu tatanan kehidupan. Sebagai bagian dari sistem sosial, sistem ekonomi mengandung unsur-unsur tujuan, nilai-nilai, sikap dasar, otoritas kepemimpinan, dan struktur kekuasaan.
Dilihat dari perkembangannya, sistem ekonomi di dunia dapat dibedakan menjadi sistem ekonomi kapitalis, sosialis dan campuran. Indonesia dilihat dari dasar konstitusionalnya, menganut sistem ekonomi campuran. Pasal 27, 33, dan 34 UUD 1945 merupakan pasal-pasal terpenting dalam hubungannya dengan sistem ekonomi Indonesia.

D. PEMBAHASAN
Pemerintah Indonesia harus tetap mewaspadai peringatan yang dikeluarkan Dana Moneter Internasional (IMF) yang menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia akibat kekhawatiran meluasnya krisis utang di Eropa dan perlambatan perekonomian Amerika Serikat.Ppemerintah memiliki pekerjaan rumah yang cukup besar untuk mitigasi dan antisipasi atas kondisi terburuk, yakni bagaimana menjaga dan memperluas pasar dalam negeri, menjaga daya beli. Proyeksi IMF itu harus diantisipasi melalui kebijakan yang berpihak pada upaya menjaga perekonomian nasional.Tahun ini diperkirakan ekonomi nasional tumbuh 6,5% dan meningkat 6,7% pada tahun depan. Diketahui, dalam laporan terbarunya,IMF menyebutkan bahwa wilayah Asia menghadapi risiko akibat krisis utang di zona euro dan perlambatan ekonomi di AS. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Asia pada 2011 sebesar 6,3% dan 6,7% pada 2012. Proyeksi tersebut di bawah perkiraan sebelumnya, masing-masing sebesar 6,8% dan 6,9%. Kondisi ekonomi dunia sangat memprihatinkan. Bahkan, muncul berbagai spekulasi jika kondisi terus memburuk tanpa perubahan, ekonomi dunia yang saat ini diproyeksikan di level sekitar 4% bisa diturunkan menjadi 3%. Prediksi dan kekhawatiran ini harus diantisipasi dampaknya terhadap Indonesia.
Badai krisis finansial yang berkecamuk di Eropa dan Amerika Serikat (AS) bakal berlangsung dalam priode yang panjang. Faktor kesenjangan redistribusi pendapatan sosial membuat sistem kapitalisme mengalami sakit yang mendalam dan sistemik. Sehingga, tidak dapat lagi teratasi oleh suntikan bailoutsemata.
Krisis ini lebih parah dari priode great depression ditahun 1930-an. Karenanya penyelesaian atas krisis keuangan ini akan meninggalkan solusi model welfare state eropa dan laissez faire anglo-saxon. Bahkan, jalan perang seperti dulu, tidak cukup sanggup untuk mengatasi krisis utang dan kepanikan pasar.
Kasus subprime mortgage pada awal tahun 2008 menjadi contoh (a) rapuhnya sistem kapitalisme yang berdampak pada krisis keuangan sekarang dan (b) pada akhirnya membutuhkan intervensi negara. Interpensi salah dari Pemerintah AS yang memotong belanja domestik, justru diulang lagi oleh negara-negara Uni Eropa.
Krisis semakin sukar terpecahkan. Solusi yang diberikan menjebak keadaan ekonomi kedalam “lingkaran krisis” yang lebih panjang. Setidaknya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam krisis yang diawali sejak krisis subprime mortgage : booming sektor perumahan memicu harga melambung tinggi,bank dihadapkan pada susutnya nilai jaminan asset dan kredit macet. Paniknya pelaku pasar di wall street memicu perusahaan semacam Lehman Brother koleps, Pemerintah AS selain mengucurkan Bail out, juga memberlakukan kenaikan pajak, kenaikan suku bunga,pemangkasan dana dana publik lainnya, sehingga terjadi penggangguran dan kemiskinan massal. jatuhnya daya konsumsi rakyat AS yang banyak bergantung pada utang. Sejak tahun 1980an, pemerintah AS telah menghemat sekitar 10% belanja domestik yang membuat tingkat tabungan rakyat AS hanya berada dibawah 2% atau bahkan negatif, dan saat ini, utang konsumsi rakyat AS telah meningkat menjadi 98 persen dari PDB.
dominasi Wall Street yang menjadi pusat intrmediasi keuangan global untuk segala jenis transaksi keuangan, suku bunga, valuta asing, sekuritas, energi, dll. Ben Bernanke, Ketua Federal Reserve AS mengatakan jika salah satu bank di eropa runtuh, Wall Street terjebak dalam kesulitan besar. Ketika bank investasi Morgan Stanley anjlok setelah kehilangan dana US$ 30 miliar, investor panik dan saham Wall Street merosot rendah dalam 13 bulan terakhir.
Utang negara Yunani, Spanyol, Italy, Portugal, Irlandia, Inggris, dll, sudah terlampau besar atau mencapai 100% dari PDB dan ini sukar ditutupi. Bahkan pemerintah Jerman telah memiliki utang sebesar 65% dari PDB. Padahal utang bagi negara Uni-Eropa tidak boleh lebih dari 60% dari PDB. US$ 627 miliar dana penyelamatan dari Fasilitas Stabilitas Keuangan Eropa (EFSF) tidak cukup, habis hanya dalam waktu satu tahun, 2011.
Utang negara-negara debitor tadi akan mengalami jatuh tempo dalam jangka tiga tahun. Misalnya, dana pinjaman US$ 7 miliar ke Yunani yang tidak cukup untuk menalangi krisis keuangan di negara ini, akan menjadi beban bagi zona-euro untuk saat ini dan mendatang, dan memukul langsung keuangan negara Jerman dan Prancis.
Karenanya, solusi jangka panjang yang diberikan adalah perpanjangan cicilan utang. Tetapi, solusi ini akan membuat sistem mata uang tunggal (euro) akan terganggu atau koleps oleh pembiayaan utang negara-negara debitur yang sudah membengkak.
Resturisasi/pengurangan utang menjadi langkah yang mungkin diambil seperti langkah moratorium utang yang pernah dibuat oleh Prancis. dan langkah ini membawa pada konsekwensi moratorium utang swasta dan publik akan membuat bank-bank di eropa terancam pailit.
“Jalan aman” bagi negara debitur eropa tersebut adalah mengikuti saran International Moneter Fund (IMF) untuk melakukan penghematan belanja domestik, privatisasi, dll. Terjadi terhambatnya pertumbuhan ekonomi. IMF telah mmematok pertumbuhan ekonomi tahun 2011 hanya mencapai 0,6% dan akan terus turun menjadi 0,3% ditahun 2012.
Konsumen akan mengirit belanja pengeluaran untuk perhitungan kebutuhan jangka panjang. Sehingga, hanya sedikit dana yang kembali terserap ke perusahaan. Hal ini memicu stagflasi ekonomi, yaitu terhentinya pertumbuhan ekonomi disertai dengan kenaikan harga-harga barang akibat lemahnya permintaan.
Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi yang telah menerima bantuan utang sebesar 54,2 miliar euro. Tetapi, dampak krisis terus meningingkatkan pengangguran di Italy, untuk usia 15-24 tahun meningkat sebanyak 27.6% dari 27.5% pada bulan lalu. Hilangnya lapangan kerja adalah akibatnya. Direktur Jenderal ILO Juan Somavia mengatakan bahwa gejala pengangguran di negara-negara industri dan Uni Eropa telah terjadi sejak tahun 2007.
Meski IMF dan Uni Eropa telah menghabiskan miliaran dollar untuk menutupi krisis utang, tetapi, untuk menghadapi defisit anggaran maka rakyat yang akan dibebani kenaikan pajak, pemotongan upah dan pelayanan sektor publik, dll. Ini menciptakan eropa tumbuh ketidaksetaraan, kemiskinan, pengangguran, dll.
Jadi, ledakan demonstrasi yang menggoyang kekuasaan dan kerusuhan sosial yang populer terjadi di eropa belakangan ini sebagai kecemasan jika krisis ini tidak teratasi akan merambat ke negara eropa timur, lalu ke negara-negara berkembang. krisis kapitalisme yang semakin tidak terpecahkan, diperburuk oleh kontradiski dalam sistem demokrasi barat yang memberikan janji-janji “ultra-mahal” kesejahteraan yang tidak sesuai dengan kemampuan ekonominya.
Profesor Nouriel New York University Doom Roubini yang beraliran liberal menyatakan bahwa tanpa mengembalikan keseimbangan antara pasar dan barang-barang publik, maka cacat sistemik yang diidentifikasi oleh Karl Marx seabad yang lalu, akan terus menghambat pemulihan ekonomi.
Keseimbangan pasar dibutuhkan untuk memperkecil “permintaan agregat” dengan jalan (1) dana stimulus fiskal untuk tujuan investasi di sektor produktif (2) pemberlakukan pajak progresif (3) penghapusan beban utang rumah tangga yang bangkrut (4) penyediaan jaring pengaman sosial, dll. Namun, kebijakan penghematan pemerintah AS dan Uni-eropa, justru memperbesar “permintaan agregat” yang mengarah pada krisis permanen.
Situasi krisis ini akan menggoncang ekonomi nasional. Dengan angka kemiskinan dan pengangguran yang cukup tinggi, disertai dominasi pemanfaatan sumberdaya oleh perusahan asing/imperialisme, termasuk 90% penguasaan asing disektor modal, negara Indonesia cukup rentan terkena goncangan krisis ekonomi.
Sedangkan sebagian pihak menganggap bahwa Indonesia sulit terkena goncangan krisis AS dan Eropa oleh karena faktor (a) besarnya cadangan devisa (US$ 123 miliar) dan pertumbuhan ekonomi sebesar 65 persen. Serta (b) keuntungan dari perusahan-perusahaan di timur tengah dan eropa yang ingin merotasi modalnya di Asia Tenggara. Namun, ini hanya ilusi, sepanjang yang bekerja dalam ekonomi kita adalah sistem neoliberal yang menghancurkan daya produktif nasional.
Untuk menjawab krisis, Indonesia harus mewujudan ekonomi nasional yang mandiri dan bebas dari interpensi asing. Perjuangan ekonomi nasional telah diatur dalam Pasal 33 UUD 1945 yang secara konsekuen menjadi perjuangan dalam melawan ekonomi neoliberal/imperialisme yang terbukti gagal.


Saat ini fundamental perekonomian Indonesia cukup kokoh untuk dapat keluar dari krisis pangan dan gejolak ekonomi dunia. Menurut BPS, Produksi padi nasional tahun ini mencapai 68,06 juta ton gabah kering giling atau setara 38 juta ton beras. Diatas kertas, tahun ini terjadi surplus beras sekitar 4 sampai 5 juta ton.
Perekonomian Indonesia, secara umum masih kuat menghadapi turbulensi ekonomi global. Kondisi ini didorong oleh permintaan domestik yang kuat, angka inflasi Januari – september relatif kecil sekitar 2,97%. Kondisi fiskal yang baik dilihat dari defisit anggaran hanya 1,8% dari PDB, dan cadangan devisa yang mencapai 125 milyar dollar AS.
Untuk itu, ada baiknya Indonesia mulai menggarap pasar domestik secara lebih serius. Apalagi biladilihat dari daftar negara menurut komposisi per sektornya, dapat diketahui bahwa kebanyakan negara maju mempunyai sektor primer yang lebih kecil dibandingkan dengan negara berkembang, Sebagai contoh, Amerika Serikat mempunyai sektor primer hanya sekitar 1,1% saja dari PDBnya, sektor industri 22,1% dan sektor jasa mendominasi hingga mencapai 76,8%. Diperbandingkan dengan sektor agribisnis Indonesia 15,3%, Thailand 12,4%. Dapat dianalisa, bahwa semakin maju sebuah negara maka semakin kecil sektor primer negara tersebut. Ada kecenderungan pula bahwa hampir di tiap negara di seluruh dunia, sektor primer menjadi sektor yang terkecil presentasenya dibandingkan dengan sektor industri dan jasa. Sedangkan sektor jasa melesat jauh diatas kedua sektor yang lain.
PPP PDB sektor komposisi, 2010 (dalam persentase dan dalam jutaan dolar)

No Country Purchasing Power Parity Agri Indusr Serv Agri Indust Serv
25 Afrika Selatan
524,341 3% 31,2% 65,8% 15,825 164,580 347,095
1 Amerika Serikat
14,657,800 1,1% 22,1% 76,8% 161,236 3,239,374 11,257,190
23 Arab Saudi
621,993 2,6% 61,8% 35,7% 16,172 384,392 222,052
22 Argentina
632,223 8,5% 31,6% 59,8% 50,660 188,336 356,408
17 Australia
882,362 3,9% 25,6% 70,5% 34,412 225,885 623,830
35 Austria
330,496 1,5% 29,4% 69,1% 4,989 97,784 229,827
21 Belanda
676,895 2,6% 24,9% 72,5% 17,599 168,547 490,749
30 Belgia
394,346 0,7% 21,9% 77,4% 2,760 86,362 305,224
8 Brasil
2,172,058 5,8% 26,8% 67,4% 147,700 582,112 1,463,967
7 Britania Raya
2,172,768 0,7% 21,8% 77,5% 15,209 473,663 1,683,895
2 Cina
10,085,708 10,2% 46,9% 43% 1,028,742 4,730,197 4,336,854
0 Dunia
74,264,873 6% 30,9% 63,2% 4,233,098 22,799,316 47,232,459
33 Filipina
350,279 13,9% 31,3% 54,8% 49,095 110,552 193,554
4 India
4,060,392 18,5% 26,3% 55,2% 751,173 1,067,883 2,241,336
15 Indonesia
1,029,884 15,3% 47% 37,6% 157,572 484,045 387,236
19 Iran
818,653 11% 41,7% 47,3% 90,052 341,378 387,223
10 Italia
1,773,547 1,9% 25,3% 72,8% 33,697 448,707 1,291,142
3 Jepang
4,309,532 1,4% 24,9% 73,8% 60,333 1,073,073 3,180,435
5 Jerman
2,940,434 0,9% 27,8% 71,3% 26,464 817,441 2,096,529
14 Kanada
1,330,272 2,2% 26,3% 71,5% 29,266 349,862 951,144
28 Kolumbia
429,866 9,3% 38% 52,7% 40,167 164,122 227,611
12 Korea Selatan
1,459,246 2,6% 39,3% 58,2% 37,940 573,484 849,281
29 Malaysia
412,302 9,1% 41,6% 49,3% 37,920 173,347 205,433
11 Meksiko
1,567,470 3,9% 32,6% 63,5% 61,131 510,995 995,343
26 Mesir
498,176 13,5% 37,9% 48,6% 67,622 189,841 243,437
31 Nigeria
374,323 31,9% 32,9% 35,2% 117,966 121,664 130,170
27 Pakistan
464,711 21,8% 23,6% 54,6% 98,362 106,483 246,355
20 Polandia
721,319 3,4% 33% 63,5% 24,525 238,035 458,038
9 Prancis
2,145,487 2% 18,5% 79,5% 42,910 396,915 1,705,662
6 Rusia
2,222,957 4% 36,8% 59,1% 88,918 818,048 1,313,768
13 Spanyol
1,368,642 3,3% 26% 70,7% 45,165 355,847 967,630
32 Swedia
354,716 1,9% 26,6% 71,6% 6,740 94,354 253,977
18 Taiwan
821,781 1,4% 31,1% 67,5% 11,505 255,574 554,702
24 Thailand
586,877 12,4% 44,7% 42,9% 72,773 262,334 251,770
16 Turki
960,511 9,6% 26,6% 63,8% 92,209 255,496 612,806
0 Uni Eropa
15,170,419 1,8% 25% 73,1% 273,068 3,792,605 11,089,576
34 Venezuela
346,973 4,1% 34,9% 61,1% 14,112 120,126 210,306

Melihat tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa sektor primer menjadi sektor yang terkecil hampir diseluruh negara. Sedangkan sektor jasa menjadi sektor unggulan hampir di semua negara. Menghadapi krisis yang akan datang, ada baiknya Indonesia memperkuat sektor sekunder/ industri yang mendukung pada sektor primer. Dari tabel diatas dapat terlihat bahwasanya Pertanian di Indonesia sebenarnya masih lebih baik daripada Thailand. Ini perlu pemikiran yang lebih lanjut dari para ahli yang terkait, untuk memajukan sektor pertanian kita. Sehingga kedepan, kita tidak perlu untuk mengimport banyak makanan dari negara lain. Bahkan, jika kita bisa mengexportnya, maka Indonesia akan menjadi negara maju dengan basis pertanian yang kuat. Sektor industri yang perlu mendapat dukungan penuh, adalah industri yang mendukung keberadaan sektor primer. Bukan tidak mungkin, jika suatu saat nanti, kita akan mendapati buah buahan dan sayuran Indonesia mendominasi di setiap negara, mengalahkan durian bangkok, jambu bangkok, pepaya thailand, dan semacamnya.
Jadi mungkin tidaklah terlalu salah, jika indonesia tidak mempunyai industri sepeda motor, atau barang elektronik konsumsi lainnya, sepanjang, kita mempunyai industri berbasis pertanian. Selain tentunya industri yang mendukung pertahanan negara juga mendapatkan prioritas.
Membiasakan diri untuk tidak berhutang, memprioritaskan produksi barang dan jasa untuk pasar domestik, dan perlunya mengubah aliran hot money menjadi investasi asing langsung, kiranya adalah resep yang mujarab agar Indonesia terhindar dari krisis yang sebentar lagi menurut Aviliani akan melanda dunia.

E. KESIMPULAN
Ambruknya perekonomian dunia, akibat krisis utang yang parah yang dimulai dari sejak subprime mortgage tahun 2008. tanpa mengembalikan keseimbangan antara pasar dan barang-barang publik, maka cacat sistemik yang diidentifikasi oleh Karl Marx seabad yang lalu, akan terus menghambat pemulihan ekonomi. Untuk menghindari Indonesia agar tidak terjebak dalam krisis maka kiranya perlu untuk:
1. Menghindarkan diri dari Utang
2. Menggarap pasar domestik secara lebih serius,
3. Memperkuat sektor pertanian dan sektor industri yang berbasis pertanian. Memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan oleh pasar domestik sebelum akhirnya menggarap pasar eksport
4. Mengurangi dominasi asing di pasar finansial















DAFTAR PUSTAKA

Internet http://koranmuslim.com/2011/selamat-hari-krisis-pangan-sedunia/
Internet http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_countries_by_GDP_sector_composition
Internet http://en.wikipedia.org/wiki/Development_economics
Internet http://politik.kompasiana.com/2011/10/09/16-kontradiksi-krisis-ekonomi-di-amerika-serikat-eropa/
Internet file:///C:/Users/OCA/AppData/Local/Temp/Rar$EX01.951/MATERI%20ARTIKEL%20TAKE%20HOME%20OKTOBER%202011/Gross_fixed_capital_formation.htm
Internet http://en.wikipedia.org/wiki/Industrialisation
Internet file:///C:/Users/OCA/AppData/Local/Temp/Rar$EX47.109/MATERI%20ARTIKEL%20TAKE%20HOME%20OKTOBER%202011/List_of_countries_by_gross_fixed_investment_as_percentage_of_GDP.htm

0 komentar:

Posting Komentar

 

Masa Lalu

Masa Lalu
My Family

Saat Ocha mikir

Saat Ocha mikir
jagoanku

my super hero

my super hero
Saat Rifky masih kecil

Lets Go To Dream

Lets Go To Dream
my dream come true

Istana Wagub

Istana Wagub
cieee ...

mikir ......