SELAMAT DATANG

Welcome To My Blog, I Hope You Are Interested and Enjoy It With Me. Certainly, We Can Learn To Each Other. Hehehe...
Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 24 November 2011

PERDAGANGAN BEBAS DAN KORPORASI PANGAN DI INDONESIA

A. PENDAHULUAN
Beberapa tahun terakhir dunia internasional dilanda krisis pangan yang ditandai dengan meroketnya harga berbagai kebutuhan pangan. Menurut Food Price Watch harga pangan global 2011 secara signifikan lebih tinggi dibandingkan tahun 2010. Sejak krisis tahun 2007 hingga sekarang, terjadi kenaikan harga komoditas jagung 84%, gula 62%, gandum 55%, minyak kacang kedelai 47%. Ancaman ini menjadi lebih serius jika dikaitkan dengan kondisi perekonomian dunia yang memburuk dan tidakpastian karena krisis utang eropa dan perlambatan ekonomi Amerika Serikat.
Disaat krisis pangan mengintai dunia, justru Indonesia kebanjiran komoditas pertanian impor di tanah air. Banjir komoditas pertanian impor tidak terhindarkan merupakan akibat dari liberalisasi pasar pertanian Indonesia, yaitu sejak Indonesia membuka pintu kepada World Trade Organization (WTO), Letter of Intent dengan IMF dan kemudian FTA, terutama Asean China FTA yang diberlakukan pada tahun 2010.
Nilai impor pangan Indonesia terus mengalami tren peningkatan tiap tahun. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat selama Januari-Juni 2011, nilai impor pangan mencapai US$5,36 miliar atau sekitar Rp 45 triliun. Nilai tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan semester yang sama tahun 2010 yaitu sekitar Rp 39,91 triliun.


B. PERMASALAHAN
Korporasi pangan dan pertanian, khususnya korporasi asing telah mendominasi bisnis perbenihan, pupuk, pestisida, peternakan, perikanan, kelapa sawit, dan susu, berikut distribusinya. Dominasi korporasi itu dari hulu sampai hilir tersebut di sektor pangan dan pertanian tidak lain adalah seperti Belenggu Neo Liberalisme. Apa bahaya dari dominasi ini? Bagaimana cara pemerintah menangkalnya derasnya komoditas pertanian yang masuk ke Indonesia?

C. TELAAH PUSTAKA
1. Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional adalah pertukaran modal , barang , dan jasa melintasi batas internasional atau wilayah. Di kebanyakan negara, itu merupakan porsi yang signifikan dari produk domestik bruto (PDB). Sementara internasional perdagangan telah hadir di banyak sejarah (lihat Jalur Sutra , Amber Jalan ), pentingnya ekonomi, sosial, dan politik telah meningkat di abad-abad terakhir.
Industrialisasi , maju transportasi , globalisasi , perusahaan multinasional , dan outsourcing semua memiliki dampak besar pada sistem perdagangan internasional. Meningkatkan perdagangan internasional sangat penting untuk kelangsungan globalisasi . Tanpa perdagangan internasional, negara-negara akan terbatas pada barang dan jasa yang diproduksi dalam batas-batas mereka sendiri.
Perdagangan internasional pada prinsipnya tidak berbeda dari perdagangan dalam negeri sebagai motivasi dan perilaku pihak yang terlibat dalam perdagangan tidak mengubah secara mendasar terlepas dari apakah perdagangan melintasi perbatasan atau tidak. Perbedaan utama adalah bahwa perdagangan internasional biasanya lebih mahal daripada perdagangan dalam negeri. Alasannya adalah bahwa perbatasan biasanya membebankan biaya tambahan seperti tarif , waktu biaya akibat penundaan perbatasan dan biaya yang terkait dengan perbedaan negara seperti bahasa, sistem hukum atau budaya.
Perbedaan lain antara perdagangan domestik dan internasional adalah bahwa faktor-faktor produksi seperti modal dan tenaga kerja biasanya lebih mobile dalam negeri daripada di negara. Dengan demikian perdagangan internasional sebagian besar dibatasi untuk perdagangan barang dan jasa, dan hanya untuk tingkat yang lebih rendah untuk perdagangan faktor modal, tenaga kerja atau produksi lainnya.Kemudian perdagangan barang dan jasa dapat berfungsi sebagai pengganti perdagangan faktor-faktor produksi.
Daripada mengimpor faktor produksi, negara dapat mengimpor barang-barang yang membuat penggunaan intensif dari faktor produksi dan dengan demikian mewujudkan faktor masing-masing. Contohnya adalah impor padat karya barang oleh Amerika Serikat dari Cina. Daripada mengimpor tenaga kerja Cina Amerika Serikat mengimpor barang dari Cina yang diproduksi dengan tenaga kerja Cina. Satu laporan pada tahun 2010 menyarankan bahwa perdagangan internasional meningkat positif ketika negara host jaringan imigran, tetapi efek perdagangan melemah ketika imigran menjadi berasimilasi ke dalam negara baru mereka.
2. Globalisasi Perekonomian
Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi perekonomian mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa.
Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat. Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produk dari dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang masuknya produk-produk global ke dalam pasar domestik.
Keburukan globalisasi ekonomi
 Menghambat pertumbuhan sektor industri
Salah satu efek dari globalisasi adalah perkembangan sistem perdagangan luar negeri yang lebih bebas. Perkembangan ini menyebabkan negara-negara berkembang tidak dapat lagi menggunakan tarif yang tingi untuk memberikan proteksi kepada industri yang baru berkembang (infant industry). Dengan demikian, perdagangan luar negeri yang lebih bebas menimbulkan hambatan kepada negara berkembang untuk memajukan sektor industri domestik yang lebih cepat. Selain itu, ketergantungan kepada industri-industri yang dimiliki perusahaan multinasional semakin meningkat.
 Memperburuk neraca pembayaran
Globalisasi cenderung menaikkan barang-barang impor. Sebaliknya, apabila suatu negara tidak mampu bersaing, maka ekspor tidak berkembang. Keadaan ini dapat memperburuk kondisi neraca pembayaran. Efek buruk lain dari globaliassi terhadap neraca pembayaran adalah pembayaran neto pendapatan faktor produksi dari luar negeri cenderung mengalami defisit. Investasi asing yang bertambah banyak menyebabkan aliran pembayaran keuntungan (pendapatan) investasi ke luar negeri semakin meningkat. Tidak berkembangnya ekspor dapat berakibat buruk terhadap neraca pembayaran.
 Sektor keuangan semakin tidak stabil
Salah satu efek penting dari globalisasi adalah pengaliran investasi (modal) portofolio yang semakin besar. Investasi ini terutama meliputi partisipasi dana luar negeri ke pasar saham. Ketika pasar saham sedang meningkat, dana ini akan mengalir masuk, neraca pembayaran bertambah bak dan nilai uang akan bertambah baik. Sebaliknya, ketika harga-harga saham di pasar saham menurun, dana dalam negeri akan mengalir ke luar negeri, neraca pembayaran cenderung menjadi bertambah buruk dan nilai mata uang domestik merosot. Ketidakstabilan di sektor keuangan ini dapat menimbulkan efek buruk kepada kestabilan kegiatan ekonomi secara keseluruhan.
 Memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang
Apabila hal-hal yang dinyatakan di atas berlaku dalam suatu negara, maka dlam jangka pendek pertumbuhan ekonominya menjadi tidak stabil. Dalam jangka panjang pertumbuhan yang seperti ini akan mengurangi lajunya pertumbuhan ekonomi. Pendapatan nasional dan kesempatan kerja akan semakin lambat pertumbuhannya dan masalah pengangguran tidak dapat diatasi atau malah semakin memburuk. Pada akhirnya, apabila globalisasi menimbulkan efek buruk kepada prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang suatu negara, distribusi pendapatan menjadi semakin tidak adil dan masalah sosial-ekonomi masyarakat semakin bertambah buruk.

D. PEMBAHASAN
Perdagangan Bebas
Menurut Amir M.S., Wikipedia,bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri, perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut antara lain disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat menghambat perdagangan, misalnya dengan adanya bea, tarif, atau quota barang impor. Selain itu, kesulitan lainnya timbul karena adanya perbedaan budaya, bahasa, mata uang, taksiran dan timbangan, dan hukum dalam perdagangan.
Umumnya perdagangan diregulasikan melalui perjanjian bilateral antara dua negara. Selama berabad-abad dibawah kepercayaan dalam Merkantilisme kebanyakan negara memiliki tarif tinggi dan banyak pembatasan dalam perdagangan internasional. pada abad ke 19, terutama di Britania, ada kepercayaan akan perdagangan bebas menjadi yang terpenting dan pandangan ini mendominasi pemikiran di antaranegara barat untuk beberapa waktu sejak itu dimana hal tersebut membawa mereka ke kemunduran besar Britania. Pada tahun-tahun sejak Perang Dunia II, perjanjian multilateral kontroversial seperti GATT dab WTO memberikan usaha untuk membuat regulasi lobal dalam perdagangan internasional. Kesepakatan perdagangan tersebut kadang-kadang berujung pada protes dan ketidakpuasan dengan klaim dari perdagangan yang tidak adil yang tidak menguntungkan secara mutual.
Perdagangan bebas biasanya didukung dengan kuat oleh sebagian besar negara yang berekonomi kuat, walaupun mereka kadang-kadang melakukan proteksi selektif untuk industri-industri yang penting secara strategis seperti proteksi tarif untuk agrikultur oleh Amerika Serikat dan Eropa. Belanda dan Inggris Raya keduanya mendukung penuh perdagangan bebas dimana mereka secara ekonomis dominan, sekarang Amerika Serikat, Inggris, Australia dan Jepang merupakan pendukung terbesarnya. Bagaimanapun, banyak negara lain (seperti India, Rusia, dan Tiongkok) menjadi pendukung perdagangan bebas karena telah menjadi kuat secara ekonomi. Karena tingkat tarif turun ada juga keinginan untuk menegosiasikan usaha non tarif, termasuk investasi luar negri langsung, pembelian, dan fasilitasi perdagangan. Wujud lain dari biaya transaksi dihubungkan dnegan perdagangan pertemuan dan prosedurcukai.
Umumnya kepentingan agrikultur biasanya dalam koridor dari perdagangan bebas dan sektor manufaktur seringnya didukung oleh proteksi. Ini telah berubah pada beberapa tahun terakhir. Faktanya, lobi agrikultur, khususnya di Amerika Serikat, Eropa dan Jepang, merupakan penanggung jawab utama untuk peraturan tertentu pada perjanjian internasional besar yang memungkinkan proteksi lebih dalam agrikultur dibandingkan kebanyakan barang dan jasa lainnya
Data yang diperoleh dari BPS total nilai impor nonmigas Indonesia selama Januari−Agustus 2011 sebesar US$87.994,5 juta, 79,98 persen berasal dari tiga belas negara utama, yaitu Cina sebesar US$16.373,7 juta atau 18,61 persen, diikuti oleh Jepang sebesar US$12.103,0 juta (13,75 persen). Berikutnya Singapura berperan 8,04 persen, Thailand 7,83 persen, Amerika Serikat 7,75 persen, Korea Selatan 5,41 persen, Malaysia 4,23 persen, Australia 3,84 persen, Taiwan 2,79 persen, India 3,07 persen, Jerman 2,56 persen, Perancis 1,23 persen, dan Inggris 0,88 persen. Impor Indonesia dari ASEAN mencapai 22,30 persen, dan dari Uni Eropa 7,80 persen.
Badan Pusat Statistik mencatat selama Januari-Juni 2011 beberapa import pangan yang tercatat antara lain beras, jagung, kedelai, biji gandum, tepung terigu, gula pasir, gula tebu, daging, mentega, minyak goreng, susu, telur unggas, kelapa sawit,lada, kopi, cengkeh, cacao, cabe kering, tembakau dengan total volume 11,33 juta ton dengan nilai US$ 5,36 milyar. Indonesia juga mengimport bawang merah dari India dengan nilai US$ 3,575 juta, Thailand US$ 3,187 juta dan Filipina US$ 1,4 juta
Imbas dari krisis moneter 1997, Presiden Suharto telah menandatangani letter of intent dengan IMF dan Struktural Adjusment Program (SAP) dengan Bank Dunia. Ini menyebabkan Indonesia harus melakukan privatisasi, liberalisasi dan deregulasi untuk bisa keluar dari krisis. Sejak itu pulalah produk import khususnya di bidang pertanian mulai membanjiri Indonesia.
Sampai saat ini Indonesia telah terikat pada perjanjian perdagangan bebas baik secara regional maupun bilateral. Dampak dari import pangan yang terjadi di Indonesia
1. Import menyebabkan petani kita tidak bisa bersaing dengan harga barang dari luar negeri karena kelebihan produk .
2. Perdagangan bebas mengakibatkan transaksi perdagangan atas proyeksi permintaan dan penawaran berkait dengan rencana investasi. Implikasinya komoditas menjadi bahan spekulasi.
3. Import pangan menyebabkan perpindahan komoditas pertanian di sentra produksi ke pasar tujuan memerlukan biaya transportasi dan biaya lainnya yang bila diperhitungkan, import beras dari Vietnam menjadi lebih murah daripada dari Papua.
4. Import pangan secara lambat akan menyebabkan hilangnya kebudayaan pangan masyarakat local.
5. Import pangan mengurangi devisa Negara.

Korporasi di Indonesia
Di Indonesia, walaupun sebenarnya pelaksanaan agenda-agenda ekonomi neoliberal telah dimulai sejak pertengahan 1980-an, antara lain melalui paket kebijakan deregulasi dan debirokratisasi, pelaksanaannya secara massif menemukan momentumnya setelah Indonesia dilanda krisis moneter pada pertengahan 1997.
Menyusul kemerosotan nilai rupiah, Pemerintah Indonesia kemudian secara resmi mengundang IMF untuk memulihkan perekonomian Indonesia. Sebagai syarat untuk mencairkan dana talangan yang disediakan IMF, pemerintah Indonesia wajib melaksanakan paket kebijakan Konsensus Washington melalui penanda-tanganan Letter Of Intent (LOI), yang salah satu butir kesepakatannya adalah penghapusan subsidi untuk bahan bakar minyak, yang sekaligus memberi peluang masuknya perusahaan multinasional seperti Shell. Begitu juga dengan kebijakan privatisasi beberapa BUMN, diantaranya Indosat, Telkom, BNI, PT. Tambang Timah dan Aneka Tambang.
Indonesia dengan lebih 17.000 pulau yang dikelilingi lautan, mempunyai curah hujan yang tinggi dan cahaya matahari sepanjang tahun, ditambah tanah vulkanik yang subur, menjadikan keanekaragaman hayati amat kaya. Akan tetapi sesungguhnya yang terjadi adalah produksi pangan yang meningkat itu tidak diproduksi oleh petani, tetapi oleh perusahaan agribisnis. Pemerintah lebih mengandalkan korporasi untuk meningkatkan akses pangan ketimbang keluarga petani kecil dan petani gurem yang jumlahnya mungkin sudah lebih dari 16 juta kepala keluarga pada saat ini. Hal ini bisa diartikan seandainya target peningkatan akses pangan tercapai, namun belum tentu terjadi pada target penurunan tingkat kemiskinan dan kelaparan – setidaknya di tingkat petani kecil dan petani gurem. Oleh karena prioritas akses pangan tersebut adalah orientasi produksi untuk ketahanan pangan, bukan kesejahteraan petani kecil dan petani gurem
Kondisi diatas diperparah dengan ketiadaan akses petani gurem dan buruh tani terhadap kredit usaha dari perbankan, kualitas benih yang bagus, tidak ada pupuk ketika dibutuhkan, irigasi rusak, hingga penyuluh yang tidak berkualitas. Pun ditambah dengan gonjang ganjing import kentang, garam,gula, gandum, dan import bahan makanan lain, seolah semakin tidak berpihak pada para petani Indonesia.
Korporasi dipandang sebagai sesuatu yang membahayakan. Korporasi akan lebih mudah mengontrol dan memainkan harga pangan, bila produksi pangan ada di dalam genggamannya. Bahkan korporasi telah dan akan melakukan kriminalisasi terhadap petani atau siapa pun yang menghambat usaha agribisnis mereka.
Pemerintah sebaiknya segera mencabut keputusan yang memberikan peran besar kepada perusahaan agribisnis untuk mengurus pangan. Selanjutnya membuat kebijakan yang mendukung pertanian rakyat dengan menerakan prinsip pertanian berkelanjutan, membatasi impor pangan dan segera mendistribusikan lahan pertanian produktif kepada petani gurem dan buruh tani melalui Program Pembaruan Agraria Nasional (PPAN).

E. KESIMPULAN
1. Perdagangan bebas membawa dampak yang negatif bagi jutaan petani gurem di Negara berkembang. Apalagi jika para petani kurang mempunyai daya saing terhadap produk import
2. Dominasi korporasi pangan dan pertanian dipandang sebagai sesuatu yang membahayakan sebab dapat mempermainkan dan mengontrol harga pangan dan pertanian, sehingga tidak membawa kebaikan bagi petani kecil dan petani gurem.
3. Pemerintah sebaiknya segera mencabut keputusan yang memberikan peran besar kepada perusahaan agribisnis untuk mengurus pangan. Selanjutnya membuat kebijakan yang mendukung pertanian rakyat dengan menerapkan prinsip pertanian berkelanjutan dan membatasi impor pangan.
4. Pemerintah sebaiknya lebih selektif dalam memberlakukan kebijakan impor, sehingga para petani local lebih terlindungi dan ketahanan pangan nasional lebih terjamin.
















DAFTAR PUSTAKA

Internet http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Globalisasi&action=edit
Internet http://www.answers.com/topic/net-exports#ixzz1b3DeL2M3
Internet http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi
Internet http://id.wikipedia.org/wiki/Pertanggungjawaban_korporasi
Internet http://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_internasional
Internet http://www.bps.go.id/brs_file/eksim_03okt11.pdf
Internet http://www.bps.go.id/booklet/Booklet_Agustus_2011.pdf
Internet http://id.wikipedia.org/wiki/Neoliberalisme
Internet http://id.wikipedia.org/wiki/Korporasi

0 komentar:

Posting Komentar

 

Masa Lalu

Masa Lalu
My Family

Saat Ocha mikir

Saat Ocha mikir
jagoanku

my super hero

my super hero
Saat Rifky masih kecil

Lets Go To Dream

Lets Go To Dream
my dream come true

Istana Wagub

Istana Wagub
cieee ...

mikir ......