SELAMAT DATANG

Welcome To My Blog, I Hope You Are Interested and Enjoy It With Me. Certainly, We Can Learn To Each Other. Hehehe...
Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 22 Mei 2010

adakah yang salah dengan pendidikan kita?

ADAKAH YANG SALAH DENGAN PENDIDIKAN KITA ?

Merekam jejak perjalanan bangsa ini, pembaca mungkin setuju jika berkesimpulan ada sesuatu yang tidak beres yang sedang terjadi. Kita tentu mendengar atau bahkan mengikuti kasus kasus besar di negeri ini.Belum selesai kita terperangah ketika mengetahui bangsa Indonesia dipercaya sebagai negara yang korup nomor satu di Asia, seolah sedang melihat buktinya.Gayus terseret dalam kegelimangan harta korupsinya, padahal sudah menerima remunerasi. Celakalah bagi kita, para pegawai daerah, yang belum sempat menerimanya. Alih alih menikmati indahnya tambahan penghasilan dikeseharian yang sudah kembang kempis, masyarakat sudah berteriak untuk meminta peninjauan ulang remunerasi. Namanya : Apes !
Diluar itu, kita juga menyaksikan wakil rakyat yang terhormat saling bertikai dalam sidang, anak anak pelajar gemar tawuran, para mahasiswa gemar berdemo secara berlebihan, terakhir ketika kita kita disuguhi tontonan tawuran massa dalam kasus Mbah Priok, yang menelan korban aparat satpol PP. Padahal dalam keseharianpun, tayangan tayangan yang tidak mendidik dalam sinetron kita menambah lengkap carut marutnya negeri ini. Bagaimana seorang siswa mau menghormati guru, jika dalam sinetron favoritnya, guru hanya sekedar sebagai pelengkap penderita, yang mempunyai kesan tidak punya wibawa sama sekali. Siswa dalam sinetron, bahkan tidak pernah memakai baju seragam sekolah secara benar. Siswa yang ingin menjahitkan bajunya dengan benar justru diberi masukan oleh sipenjahit untuk membuat model baju yang sesuai dengan yang ditelevisi. Juga, bagaimana bisa berbahasa dengan baik dan benar, jika dalam keseharian televisi bahasa gaul merajalela, dan bahasa “reketek reketek” jadi idola.
Kriminalitas juga merajalela. Tidak terkecuali di Purbalingga. Perampokan toko emas yang berlangsung siang menjelang sore, merupakan bukti bahwa masyarakat sudah tidak terlalu takut dengan lembaga hukum yang ada. Lha wong polisi yang sedang jaga malam saja bisa mati terkena petrus. Kalau dulu petrus ada dengan dalih untuk keamanan negeri, sekarang justru petrus mengancam lembaga hukum kita. Mengerikan. Ironi.
Hati hati pula terhadap teman dekat yang sewaktu waktu bisa menjadi serigala pembunuh tanpa perasaan.Ini kasus pembunuhan bidan di Purbalingga. Atau, beberapa tahun belum lama, tiga orang anak Purbalingga usia tanggung,dalam keadaan mabuk membunuh seorang PSK yang telah mereka pakai beramai ramai, dan jasadnya digeletakan begitu saja di depan sebuah pom bensin Karanganyar. Orang besar melakukan kejahatan “terhormat”, orang kecil melakukan kejahatan keji. Terakhir , korban miras oplosan spirtus di Salatiga yang mencapai 300an orang.Sebuah angka yang fantastis untuk ukuran kota kecil.Ternyata masyarakat muda sudah akrab sekali dengan miras. Bagaimana dengan Purbalingga, semoga jauh…
Disatu sisi, ada juga orang yang hobi mencari cari kesalahan orang lain..Mencari celah ketidaksempurnaan seseorang dalam beketja. Sehingga orang orang yang bekerja, khususnya di instansi pemerintah, di era keterbukaan sekarang ini justru merasa tak nyaman dalam bekerja ketika dibayang bayangi pengadilan dan penjara di depan mata. Karena, sejatinya kebenaran bersifat relatif. Kebenaran di masa lalu, bisa menjadi suatu kesalahan dimasa pemerintahan sekarang. Ini adalah contoh yang keluar dari argumentasi Sri Mulyani tentang kasus Bailout Bank Century.
Merunut benang merah dari sedikit kasus diatas, ada yang terlintas dalam nurani. Sedikit banyak, ini adalah hasil didikan kita sebagai guru. Betulkah kita sudah mendidik mereka secara benar? Ketika mengajar mereka, belasan tahun kemudian, mereka menjelma menjadi orang orang yang tidak membanggakan.Kriminal,Sopan santun kurang, saling menghormati menjadi hal yang langka,selalu merasa dirinya yang paling benar, korupsi, saling jegal, menjadi keseharian.Memang, yang berulah adalah oknum, tetapi mengapa terlalu banyak oknum? Krisis etika terjadi dimana mana di semua lini. Adakah yang salah pada dunia pendidikan kita? Mengingat para pelaku sedikit banyak termasuk dalam golongan orang orang yang “makan bangku sekolah”.
Idealnya misi pendidikan adalah mengembangkan kepribadian yang kokoh dan membentuk karakter yang kuat. Keluarga, lembaga sekolah, dan lembaga sosial adalah tiga pilar utama dalam pendidikan. Karakter kebangsaan yang khas seperti norma dan tata nilai, perilaku dan adat istiadat, kesantunan, keadaban dan budi pekerti, jika tertanam dengan baik akan menghasilkan bangsa yang arif dan selalu dapat menghargai perbedaan.
Pendidikan yang hanya mengedepankan kepandaian, kecerdasan dan ketrampilan tidak akan ada gunanya tanpa membekali siswa dengan penanaman nilai moral dan karakter.
Dalam hal ini, adalah sangat setuju jika pembelajaran bahasa lokal, bahasa jawa kita , lebih diintensifkan lagi. Dalam berbahasa jawa terdapat nilai nilai tatakrama, sopan santun, unggah ungguh, yang pada akhirnya bisa memperhalus rasa budi pekerti seseorang. Kecenderungan yang ada, anak tidak bisa berbahasa jawa halus, karena orangtuanya kurang menguasai, sehingga mengambil jalan pintas untuk memakai bahasa Indonesia yang lebih mudah.Salut pada SMA PGRI Gumelar Banyumas yang telah menerapkan kebijakan sehari dalam seminggu seluruh penghuni sekolah diwajibkan “Full” berbahasa Jawa. Bukan menafikan bahasa nasional kita, akan tetapi kemampuan olah kata dalam bahasa jawa yang mempunyai tingkatan ngoko, ngoko alus, kromo, bisa menjadikan seseorang lebih terasah kemampuannya untuk bersopan santun dan berunggah ungguh kepada lawan bicara. Jika etika sudah berbicara, maka kita tak perlu lagi menyaksikan acara “Susno bernyanyi”, berkelahi di arena persidangan atau “eker ekeran” kasus Bank Century.Teror tak ada tempat di negeri ini.
Tapi Bahasa Jawa bukan satu satunya faktor penentu dalam keberhasilan pendidikan. Masih banyak faktor lainnya yang tak kurang pentingnya. Menyitir pendapat Abu Su’ud tentang perlunya pendidikan budaya/cultural learning atau yang beliau sebut sebagai Teaching With Love. Pendidikan yang diharapkan adalah mengenalkan aspek budaya yang ideal. Yaitu mendidik anak dengan mengembangkan watak bangsa yang selektif. Generasi tua harus dengan tulus hati mengomunikasikan seluruh tata nilai ideal bangsanya dengan penuh kejujuran dan integritas yang tinggi. Generasi muda selalu diarahkan untuk menangani kondisi masyarakat didepan yang dicitacitakan. Semua nilai tersebut bukan hanya sekedar di informasikan dan diterima begitu saja, melainkan dihayati dan diamalkan sepanjang masa dalam semua aspek kehidupan.
Peran guru, sesuai dengan pasal 3 Undang undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan nasional. Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.Tetapi harus disadari sebagus apapun undang undang yang dimiliki bila berada di tangan pelaksana yang salah, maka reformasi mental yang kita idam idamkan tidak akan berhasil dengan baik.
SMS yang didapat dari guyonan teman, bahwa himbauan dari Mendiknas dan Menkes untuk waspada terhadap 11 penyakit yang rentan diderita guru, diantaranya adalah : 1. TIPUS, Tidak Punya Selera (mengajar). 2. MUAL, Mutu Amat Lemah, 3. KUDIS, Kurang Disiplin 4. ASMA, Asal Masuk kelas. 5.KUSTA, Kurang Strategi, 6. KURAP, Kurang Akrab 7. TBC, Tidak Bisa Computer 8. ASAM URAT, Asal Sampaikan Materi Urutan Kurang Akurat, 9. LESU, Lemah Sumber 10. DIARE, Dikelas Anak Rame 11. GINJAL, Gaji Nihil, Jarang Aktif, Lambat.
Sebagian besar diantara kita mungkin tidak menyadari bahwa kegiatan belajar mengajar selama ini mengalami kemunduran. Belajar di sekolah menjadi sesuatu yang membosankan, statis dan stressfull. Jika melihat situasi di sekolah,sebagian anak anak kuyu, mengantuk, bosan,malas dan tidak termotivasi.Bahkan siswa siswa yang masuk program akselerasi terancam terkena psikosomatik karena beratnya beban sekolah. Disisi lain,guru mengajar dengan materi yang sama dari tahun ke tahun, catatan yang sama,banyak materi hafalan, gaya mengajar tidak berubah, standart, formal dan kaku. Bahkan Indonesia kalah dengan Malaysia yang notabene mereka dahulu justru belajar ke Indonesia.Sekarang, Kalau mau,Malaysia masih bisa belajar pada Indonesia setidaknya tentang cara mendapatkan stempel sebagai negara terkorup di Asia.
Walau sekedar joke, tetapi jika 11 penyakit ini berhasil dihindari oleh para guru, maka belasan tahun yang akan datang kita sudah bisa memetik hasilnya. Tak akan ada lagi kerusuhan di negeri ini. Tak akan ada lagi rangking 1 korupsi. Tak ada tetoris yang bom sana bom sini di halaman Indonesia. Pengembangan karakter dan kepribadian unggul benar benar tercipta bukan sekedar impian kosong yang terpahat di menara emas. Kelihatannya sangat indah.Semoga…..

0 komentar:

Posting Komentar

 

Masa Lalu

Masa Lalu
My Family

Saat Ocha mikir

Saat Ocha mikir
jagoanku

my super hero

my super hero
Saat Rifky masih kecil

Lets Go To Dream

Lets Go To Dream
my dream come true

Istana Wagub

Istana Wagub
cieee ...

mikir ......